Search
Search

Kukang Jawa, Si Pemalu yang Terancam Punah

Text : Aditya Aji
Foto : Aditya Aji
Editor : Zhu
Minggu, 4 Agustus 2024

Aktivitas para pemburu satwa liar dan perdagangan ilegal menjadi ancaman bagi kepunahan Kukang Jawa atau satwa yang memiliki nama latin Nycticebus Javanicus. Selain pemburu liar, kukang-kukang ini juga terancam oleh perubahan iklim yang menyebabkan sumber-sumber makanan kukang, dan primata lainnya, jadi berkurang.

Jatna Supriatna, Dosen Biologi Universitas Indonesia, mengatakan bahwa perubahan iklim dan kenaikan suhu akan menimbulkan fenomena pada tumbuhan. Misalnya, berubahnya masa reproduksi buah pada tumbuhan hutan. “Tadinya musim berbuah, tiba-tiba tidak musim berbuah, mungkin berganti. Sementara primata kan punya mental-mapping, kapan tumbuhan ini berbuah atau tidak. Kalau berubah, nanti dia nyari, kok gak ada buahnya. Hal ini akan menjadi ketidakjelasan pola ekosistem hutan, yang nantinya akan berpengaruh besar,” ujarnya.

Seekor Kukang Jawa saat pelepasliaran di Cagar Alam Gunung Papandayan.
Kawasan hutan Gunung Papandayan Garut, Jawa Barat menajdi lokasi yang dinilai layak oleh tim IARI sebagai tempat pelepasliaran kukang.

Perubahan itu memaksa primata untuk menyesuaikan diri. Sementara, penyesuaian yang dibutuhkan primata untuk bertahan hidup itu merupakan upaya yang berat. “Kalau mereka tidak bisa survive, ya punah. Begitulah kenapa perubahan iklim juga sangat berpengaruh sekali terhadap populasi primata,” lanjut Jatna. Dalam rilis yang dikeluarkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), Kukang Jawa masuk dalam status kritis (Critically Endangered/CR).

Boleh dikata, kehadiran kukang memiliki pengaruh besar dalam rantai makanan dan rehabilitasi hutan secara alami. Sebab itu, ancaman punahnya kukang ini juga menjadi ancaman besar bagi ekosistem hutan.

Kukang jawa terlihat di dalam kandang habitat selama pelepasan di Cagar Alam Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat, Indonesia pada 7 Mei 2024. Yayasan IARI melepaskan enam ekor kukang jawa (Nycticebus Javanicus) yang diselamatkan dari perdagangan ilegal. Sampai saat ini yayasan ini telah menyelamatkan lebih dari seribu ekor kukang dan melepaskan lebih dari 600 ekor ke alam liar.
Petugas memasukan kukang jawa kedalam kandang habituasi sebagai proses pelepasliaran, kukang jawa diletakan di dalam kandang habituasi selama seminggu untuk belajar beradaptasi terhadap alam liar sebelum dilepas langsung ke alam liar.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terus melakukan upaya pencegahan ataupun penyelamatan Kukang Jawa dari ancaman para pemburu dan perdagangan ilegal satwa liar yang diselundupkan ke berbagai wilayah di Indonesia bahkan hingga keluar negeri. Tak hanya dari penyelamatan, BKSDA juga terus melakukan patroli hutan untuk mencegah adanya pemburu satwa liar masuk ke dalam hutan. Namun, populasi Kukang Jawa masih terus menurun.

Keberadaan kukang di alam liar dengan seluruh kebiasaannya cukup mempengaruhi ekosistem sekitar di habitat tinggal kukang. Saat kukang memakan buah, biji yang dikeluarkan dari kotoran kukang akan tumbuh menjadi pohon baru. Ini salah satu peran kukang dalam penyebaran tumbuhan di hutan. Selain itu, kukang juga berperan dalam mengontrol hama serangga yang banyak terjadi di pertanian. Boleh dikata, kehadiran kukang memiliki pengaruh besar dalam rantai makanan dan rehabilitasi hutan secara alami. Sebab itu, ancaman punahnya kukang ini juga menjadi ancaman besar bagi ekosistem hutan.

Dalam aktivitasnya untuk turut menyelamatkan Kukang Jawa, YIARI (Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia) banyak menemukan kasus jual beli kukang di pasar hewan maupun lewat perdagangan daring. “Kerusakan habitat aslinya telah menyebabkan Kukang Jawa ini turun ke area persawahan dan perkebunan. Di areal inilah kemudian kukang-kukang itu ditangkap oleh warga atau pemburu,” kata drh. Nur Purba Priambada. “Ini pula yang menyebabkan selama rentang 24 tahun terakhir populasi Kukang Jawa diperkirakan menurun hingga delapan puluh persen,” lanjut Purba yang beraktivitas di IARI ini.

Pada malam hari, lampu menerangi seekor Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di dalam sangkar untuk menjaga penglihatan makhluk nokturnal tersebut di Pusat Rehabilitasi YIARI (Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia) di Bogor, Jawa Barat.
. Petugas melakukan monitoring pengecekan pada Kukang Jawa yang diisolasi di Pusat Rehabilitasi IARI

“Saya sedih ketika menemukan kukang ada yang cacat fisiknya karena jerat pemburu liar. Bahkan ada yang taringnya sudah dicabut. Kondisi itu bisa membuat kukang susah bertahan hidup di hutan”

Berbagai upaya dilakukan oleh IARI untuk menjaga Kukang Jawa dari ancaman kepunahan. Salah satunya melalui aktivitas pemantauan dan rehabilitasi di kawasan Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. “Saya sedih ketika menemukan kukang ada yang cacat fisiknya karena jerat pemburu liar. Bahkan ada yang taringnya sudah dicabut. Kondisi itu bisa membuat kukang susah bertahan hidup di hutan,” kata Hendi (35), salah seorang penjaga hewan di IARI. Sudah dua belas tahun Hendi bergabung di IARI. Selama itu, ia kerap keluar masuk hutan untuk melakukan pemantauan dan melepasliarkan kukang di kawasan Ciapus ini.

Di pusat rehabilitasi IARI, Kukang Jawa mendapatkan perawatan dan pemulihan mental serta fisik mereka oleh para penjaga hewan. “Kondisi fisik, kesehatan dan mental kukang menjadi penentu apakah kukang tersebut bisa bertahan dan berkembang biak setelah dilepasliarkan kembali ke hutan,” lanjut Hendi.

 

Petugas melakukan pengecekan kesehatan kukang sebelum pelepasliaran di gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat
Petugas melakukan pengecekan sebelum keberangkatan pelepasliaran dari Pusat Rehabilitasi IARI menuju Hutan Cagar alam Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat.

Berbagai upaya dilakukan oleh IARI untuk menjaga Kukang Jawa dari ancaman kepunahan. Salah satunya melalui aktivitas pemantauan dan rehabilitasi di kawasan Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. “Saya sedih ketika menemukan kukang ada yang cacat fisiknya karena jerat pemburu liar. Bahkan ada yang taringnya sudah dicabut. Kondisi itu bisa membuat kukang susah bertahan hidup di hutan,” kata Hendi (35), salah seorang penjaga hewan di IARI. Sudah dua belas tahun Hendi bergabung di IARI. Selama itu, ia kerap keluar masuk hutan untuk melakukan pemantauan dan melepasliarkan kukang di kawasan Ciapus ini.

Di pusat rehabilitasi IARI, Kukang Jawa mendapatkan perawatan dan pemulihan mental serta fisik mereka oleh para penjaga hewan. “Kondisi fisik, kesehatan dan mental kukang menjadi penentu apakah kukang tersebut bisa bertahan dan berkembang biak setelah dilepasliarkan kembali ke hutan,” lanjut Hendi.

 

Petugas merawat seekor Kukang Jawa di Pusat Rehabilitasi IARI
Petugas melakukan pengecekan kesehatan kukang sebelum pelepasliaran di gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat

Tidak berhenti pada rehabilitasi fisik dan mental saja, untuk lokasi pelepasliaran Kukang Jawa pun harus dipantau secara saksama. Ketersediaan makanan menjadi prioritas untuk diperhatikan di lokasi di mana kukang akan dilepaskan. Seperti primata lainnya, kukang sangat menyukai buah-buahan dan daun-daunan muda. Selain itu, untuk memenuhi proteinnya, kukang juga memakan serangga, telur burung, kadal pohon, ulat sagu dan cecak pohon. Selain sumber pakan yang cukup, aman dan tidaknya keberlanjutan hidup kukang juga menjadi penentu lokasi mana yang dipilih untuk melepasliarkan kukang tersebut.

Petugas melakukan pengecekan sebelum keberangkatan pelepasliaran dari Pusat Rehabilitasi IARI menuju Hutan Cagar alam Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Petugas melakukan pengecekan sebelum keberangkatan pelepasliaran dari Pusat Rehabilitasi IARI menuju Hutan Cagar alam Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat.
Pekerja membawa kukang jawa dalam kotak besi sebelum dilepaskan di Cagar Alam Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat, Indonesia pada 7 Mei 2024.

Tidak berhenti pada rehabilitasi fisik dan mental saja, untuk lokasi pelepasliaran Kukang Jawa pun harus dipantau secara saksama. Ketersediaan makanan menjadi prioritas untuk diperhatikan di lokasi di mana kukang akan dilepaskan

Petugas membawa seekor kukang dalam kotak besi menuju ke Gunung Koneng Bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada 19 Januari 2024, di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia.
Petugas membawa seekor Kukang Jawa menuju Gunung Koneng, bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat.

Pada hakikatnya satwa liar memiliki kemampuan beradaptasi untuk mencari lokasi yang aman dan ideal. Jika kawasan tersebut dihuni oleh satwa asli, maka satwa baru akan cenderung mencari tempat lain untuk menghindari potensi konflik teritorial. Namun, lahan untuk habitat kukang kini pun telah berkurang seturut beralihnya fungsi hutan menjadi lahan perkebunan. Dengan adanya lahan perkebunan, maka tak bisa dipungkiri hunian manusia kemudian bertambah. Begitu pula dengan dengan jaringan listrik.

Kukang jawa saat pelepasan liar di Cagar Alam Gunung Papandayan di Garut, Jawa Barat, Indonesia pada 7 Mei 2024. Yayasan IARI melepaskan enam ekor kukang jawa (Nycticebus Javanicus) yang diselamatkan dari perdagangan ilegal. Sampai saat ini yayasan ini telah menyelamatkan lebih dari seribu ekor kukang dan melepaskan lebih dari 600 ekor ke alam liar.

Inilah kemudian menjadi hal penting lain yang menjadi pertimbangan dimana Kukang Jawa akan dilepasliarkan. “Itu kendala yang kita jumpai saat ini. Tidak semua kawasan cocok untuk lokasi pelepasliaran kukang,” ujar Riki Saputra, Koordinator Survey Release Monitoring IARI. Selama periode awal 2024, sebanyak 15 ekor kukang sudah dilepasliarkan oleh IARI di dua lokasi yang berbeda; di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi pada Januari dan di Gunung Papandayan, Garut, pada Mei 2024.

Kami menerima kontribusi foto cerita untuk ditayangkan di situs ini. Tema yang diusung adalah seputar dampak perubahan iklim, kerusakan lingkungan, ketahanan dan adaptasi masyarakat serta inovasi-inovasi yang dilakukan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Silakan kirimkan tautan berisi foto resolusi rendah, teks, dan profil singkat ke submit@iklimku.org. Kami akan segera memberi tanggapan kepada Anda. Terima kasih.

Kisah Terkait