Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia nyaris terjadi tiap tahun. Peristiwa ini biasanya akan masif antara Juli hingga Oktober, saat musim kemarau tiba. Daerah yang paling terdampak adalah Kalimantan, Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Bencana tahunan ini bahkan telah menjadi isu regional di Asia Tenggara. Ketika kebakaran terjadi, asapnya sampai ke negara-negara tetangga. Dari Malaysia, Singapura, Thailand hingga Filipina.
Selama bertahun-tahun, kebakaran hutan telah menghancurkan sebagian besar habitat alami di sekitarnya. Kebakaran ini juga telah melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Hal ini tentu akan semakin mempercepat laju perubahan iklim.
Asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan telah menyebabkan turunnya kualitas udara secara signifikan. Polutan dalam kabut asap dapat mengiritasi saluran pernapasan dan mata, serta menyebabkan kerusakan kesehatan serius dalam jangka panjang, seperti kerusakan paru.
Pada 2019, penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) paling banyak ditemukan di Sumatera Selatan. Totalnya mencapai 291.807 orang. Dari ratusan ribu orang itu, salah satunya adalah Fadhila Rahma yang divonis terkena penyakit pernapasan oleh dokter. Buruknya, Fadhila juga dinyatakan mengalami kerusakan paru-paru. Kenyataan pahit yang dialami Fadhila ini diduga karena dampak kebakaran hutan yang terjadi pada 2015 lalu.
Dari data yang dirilis oleh katadata.co.id, dalam kurun waktu 2009 hingga 2019, saat-saat dimana kebakaran hutan sangat masif, tercatat 1.226 kejadian kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dengan korban mencapai jumlah 443.278 orang. Dari angka tersebut, 32 orang dinyatakan meninggal dan hilang, 373 orang adalah korban luka-luka, dan mereka yang mengungsi sebanyak 442.873 orang.
Juara I Lomba Foto Cerita Kisah-kisah Perubahan Iklim
Foto dan Teks oleh Abriansyah Liberto
Penyunting Teks: Tim Iklimku