Pada Juni 2021, puluhan keluarga masih bertahan dan tetap berjibaku dengan banjir rob dan lahan yang terus habis tergerus laut di Dusun Simonet, Pekalongan, Jawa Tengah. Di dusun ini, garis pantai yang sebelumnya cukup jauh kini makin dekat dengan pemukiman penduduk. Sebagian warga dusun telah memilih pindah karena rumahnya tidak bisa lagi dihuni. Sebagian yang lain masih bertahan dan hidup bersama banjir.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Climate Changemengungkapkan bahwa penduduk di pesisir dunia mengalami dampak dari kenaikan permukaan laut lebih ekstrem daripada yang diperkirakan. Penyebabnya, mereka hidup terkonsentrasi di tempat-tempat yang permukaan tanahnya telah turun atau tenggelam dengan sangat cepat.
Permukaan air laut ini naik seiring dengan mencairnya lapisan es di bumi. Di Indonesia sendiri, dampak kenaikan air laut ini semakin diperparah karena penurunan permukaan tanah. Heri Andreas, peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung mengatakan bahwa dalam 10 tahun mendatang kawasan pesisir Pekalongan, termasuk Dusun Simonet, menjadi urutan pertama di Indonesia dan dunia yang akan cepat tenggelam. Prediksi ini berdasarkan pada laju permukaan muka tanah.
“Sekarang ini, sudah 35% area Kota Pekalongan yang terdampak banjir. Pada 2030-2040 nanti, 85% wilayah kotanya akan berada di bawah laut,” tutur Heri Andreas.
Hasil pantauan terbaru yang dilakukan Tim Penginderaan Jauh LAPAN pada 2020 menunjukkan ada tiga kota yang berisiko tenggelam, yaitu Pekalongan, Semarang, dan Jakarta. Hal ini disebabkan tiga kota tersebut mengalami kenaikan permukaan laut dan penurunan muka tanah paling cepat.
Akhir 2021 lalu, Radar Semarang memuat sebuah artikel tentang Dusun Simonet. “Luas dusun ini mulanya kira-kira 21 hektare. Kini tinggal sekitar 30 persen. Jumlah penduduk mulanya 265 jiwa atau 70 kepala keluarga (KK). Pada Januari 2021, 60an KK masih bertahan. Jumlah itu makin menyusut karena penduduk berangsur hengkang dari dusun itu meninggalkan rumah-rumah mereka. Pada bulan ini, tinggal 28 kepala keluarga atau sekitar 96 jiwa yang masih bertahan.”
Juara III Lomba Foto Cerita Kisah-kisah Perubahan Iklim
Foto dan Teks oleh Garry Lotulung
Penyunting Teks: Tim Iklimku